Sholat lima waktu?Sudah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek pula...
(Hayo, siapa tuh... yg sholat nya cepet banget...? mungkin karna udah apal kali...!)
Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, dilipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu...
Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib.
Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan..... :
"Kalau tidak terlambat" atau
"Asal nggak bangun kesiangan" atau
"kalo inget..."
Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?
Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah.
Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya.
Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka.
Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan.... kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata....
Baca Qur'an sesempatnya, tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya...
Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya.
Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin.
Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas.
Yang begini ngaku beriman?
Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah.
Sesekali mereka terhenti... tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya...
Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata...
Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah, bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.
Bersedekah jarang, begitu juga infak...
Kalau pun ada, itu pun dipilih mata uang terkecil dan terjelek yang ada di dompet.
Syukur-syukur kalau ada receh...
Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan.
Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit : SENYUM....!
Apa sih susahnya senyum?
Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah...?
Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya...
Bukan semata miliki Khadijah, Aisyah dan istri-istri beliau yang lain....
Juga bukan teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya....
Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun...
Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
Setiap hari ribut dengan tetangga... Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh-temeh... tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan...
Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri.
Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana.
Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini...?
Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak...?
Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak...
Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula...
Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu...?
Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat.
Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka... Mendoakan mereka? mungkin tidak pernah....
Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata juga darah....
Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah...?
Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih...
Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga.
Bukankah Rasulullah yang tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu...
bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah?
Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan...?
Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu...
Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu, hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka...?
Jangan tunggu penyesalan......!
Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua ketika Iedul Fitri?
Apakah hari itu hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna...?
Apakah siang harinya kita sudah mengantuk dan akhirnya tertidur lelap...?
Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan air mata...?
atau bahkan kita menganggap cengeng orang2 yg menangis...?
Sampai sekeras itukah hati kita....?
Ya Allah... ya Rabb-ku...
Jangan Kau biarkan hati ku menjadi hati yg keras...
sehingga meneteskan air matapun susah...
merasa paling bersih...
merasa paling suci...
merasa tak pernah bersalah...
merasa tak butuh orang lain...
Padahal di balik cermin masa depan yang kami banggakan, terlukis bayang hampa tanpa makna dan kebahagiaan semu penuh ragu...
Astaghfirullaah......
Ya Allah, ampunilah segenap khilaf ku selama ini...
Smoga ridho Mu tercurah atas pengorbanan yang dipersembahkan dengan tulus ikhlas...
Amin.
(Eit! Jangan nangis dong… Tuh, air mata nya dah netes… elu kali nop, lu kan cengeng...)
Label: Renungan
kamu tau gak sih nov, di mesir sini, orang2 Islamnya Masya Allah deh ... beda banget sama di Indonesia.Pantes banget di sebut negara para wali.
Mesjid2 selalu penuh dr sholat subuh sampe Isya, kalo di Indo kan bulan Ramadhan aja.
Trus tiap 2 Minggu sekali ada namanya Thfiz Qur'an ( menghapal Qur'an ).. itupun selalu penuh, baik anak kecil mpe bangkotan.
Bener2 harus ditiru..kapan yah muslim Indonesia begitu juga?